Kerajinan Bordir merupakan satu dari beberapa ikon Tasikmalaya yang terkenal hingga ke mancanegara. Kerajinan yang mulai berkembang sejak awal tahun 1900an ini telah menyerap tidak kurang dari 14.235 orang yang tersebar pada 2.728 unit usaha di 24 desa dan 12 kecamatan.
Namun, seiring dengan semakin banyaknya permintaan, sebagian bordir mulai beralih menggunakan mesin bordir komputer. Sedangkan sisanya masih tetap mempertahankan bordiran dengan teknik tradisional.
Agar eksistensi bordir tradisional tidak tergerus oleh ehadiran bordir modern berteknologi komputer, pada tahun 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya berinisiatif membentuk klaster bordir guna memberi pembinaan dan pendampingan. Bentuknya berupa berbagai macam pelatihan bordir agar dapat menonjolkan ciri khas bordir Tasikmalaya hingga akses pemasaran produk.
Selain itu, pembordir juga diikutkan dalam pameran dan fashion show, antara lain: Karya Keratif Jawa Barat, Karya Kreatif Indonesia, Indonesia Fashion Week, Fashion Show IFW (2017, 2018), KKI (2017-2018), dan lain sebagainya. Tujuannya adalah sebagai strategi pemasaran dengan cara mempertemukan para perajin dan calon pembeli potensial.
Strategi pemasaran lain adalah melakukan pendampingan dengan membuat sebuah galeri bernama Kiwari yang menampung produk-produk dari sejumlah pengusaha bordir seperti: Mia Bordir, Tara Bag, Dawalul Bordir, Raisa Bordir, Yuyun Bordir, dan Rumah Kayu Bordir. Galeri ini tidak hanya memasarkan produknya di satu tempat, tetapi juga mengikuti perkembangan dunia digital melalui e-commerce dan marketplace secara online.